Perbandingan hukum indonesia dan malaysia dalam pelaksanaan eksekusi harta bersama akibat perceraian
Penerbit : FH - Usakti
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2025
Pembimbing 1 : Ning Adiasih
Kata Kunci : Joint Property, Matrimonial Property, Divorce, Execution, Indonesia, Malaysia
Status Posting : Published
Status : Lengkap
No. | Nama File | Hal. | Link |
---|---|---|---|
1. | 2025_SK_SHK_010002000289_Halaman-Judul.pdf | 8 | |
2. | 2025_SK_SHK_010002000289_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf | 1 | |
3. | 2025_SK_SHK_010002000289_Surat-Hasil-Similaritas.pdf | 1 | |
4. | 2025_SK_SHK_010002000289_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf | 1 | |
5. | 2025_SK_SHK_010002000289_Lembar-Pengesahan.pdf | 1 | |
6. | 2025_SK_SHK_010002000289_Pernyataan-Orisinalitas.pdf | 1 | |
7. | 2025_SK_SHK_010002000289_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf | 1 | |
8. | 2025_SK_SHK_010002000289_Bab-1.pdf | 14 | |
9. | 2025_SK_SHK_010002000289_Bab-2.pdf |
|
|
10. | 2025_SK_SHK_010002000289_Bab-3.pdf |
|
|
11. | 2025_SK_SHK_010002000289_Bab-4.pdf |
|
|
12. | 2025_SK_SHK_010002000289_Bab-5.pdf | 5 | |
13. | 2025_SK_SHK_010002000289_Daftar-Pustaka.pdf | 6 | |
14. | 2025_SK_SHK_010002000289_Lampiran.pdf |
|
M Manusia sebagai makhluk sosial cenderung berpasangan dan membentuk keluarga melalui perkawinan. meskipun idealnya kekal, perceraian sering terjadi, memicu permasalahan hukum terkait pembagian harta bersama. di indonesia, konsep ini dikenal sebagai \\\"harta gono-gini\\\" atau \\\"harta bersama\\\" dan diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, kompilasi hukum islam (khi), serta kitab undang-undang hukum perdata (kuhperdata). sementara itu, malaysia menggunakan konsep \\\"hartasepencarian\\\" yang diatur dalam islamic family law act dan civil law act. penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prosedur eksekusi serta mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaianharta bersama akibat perceraian di kedua negara tersebut, mengingat kesamaan mayoritas penduduk islam dan latar belakang budaya. metode penelitian yang digunakan adalah studi komparatif yangmenganalisis kerangka hukum dan implementasi di indonesia dan malaysia. hasil penelitian menunjukkan bahwa baik indonesia maupun malaysia memiliki kerangka hukum yang terstruktur, namun dengan perbedaan terminologi dan pendekatan. indonesia menonjol dengan prosedur yang bertahap dan peringatan formal, sementara malaysia menekankan mediasi (sulh) dan pengakuan kontribusi non-finansial yang lebih komprehensif. kendati demikian, tantangan di indonesia meliputi kompleksitas praktik dan kesulitan eksekusi harta adat, sedangkan malaysia menghadapi fragmentasi yurisdiksi dan kesulitanpembuktian kontribusi non-finansial.
H Humans, as social creatures, tend to form pairs and build families through marriage. although ideally lasting, divorce often occurs, triggering legal issues related to the division of joint property. in indonesia, this concept is known as \\\"harta gono-gini\\\" or \\\"harta bersama\\\" (joint property) and is regulated in law no. 1 of 1974 on marriage, compilation of islamic law (khi), and the civil code (kuhperdata). meanwhile, malaysia uses the concept of \\\"harta sepencarian\\\" (matrimonial property), which is governed by the islamic family law act and civil law act. this research aims to compare the execution procedures and identify the advantages and disadvantages of resolving joint property due to divorce in both countries, considering the similarities in the majority muslim population and cultural background. the research method used is a comparative study that analyzes the legal framework and implementation in indonesia and malaysia. the results show that both indonesia and malaysia have a structured legal framework, but with differences in terminology and approach. indonesia stands out with its phased procedure and formal warnings, while malaysia emphasizes mediation (sulh) and more comprehensive recognition of non-financial contributions. nevertheless, challenges in indonesia include the complexity of practices and difficulties in executing customary property, while malaysia faces jurisdictional fragmentation and difficulties in proving non-financial contributions.