Budaya bermukim suku anak dalam di kecamatan air hitam, kabupaten sarolangun, provinsi jambi
S Suku Anak Dalam (SAD) merupakan komunitas adat terpencil yang berada di kawasan hutan Provinsi Jambi. Persebaran terbanyak SAD berada di Kecamatan Air Hitam. SAD menganggap hutan sebagai rumah dan hidup mereka bergantung pada unsur-unsur lingkungan. Kawasan hutan semakin tereksploitasi dengan terjadinya alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit sehingga SAD mengalami kesulitan untuk hidup. Pemerintah menyelenggarakan program pemberdayaan untuk menyejahterakan SAD dengan membangun permukiman Kampung Madani. Setelah menjalani program tersebut SAD kembali ke dalam hutan meninggalkan Kampung Madani. Tujuan penelitian ini adalah menggali budaya bermukim SAD untuk menggali alasan kembalinya SAD ke dalam hutan. Desain penelitian menggunakan metode wawancara dan observasi lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa budaya bermukim SAD adalah selalu berpindah-pindah; terikat pada unsur hutan, air, dan tanah; memiliki kebiasan melangun, berburu dan meramu yang merupakan ciri khas SAD. Kampung Madani tidak dapat mengakomodasi gaya hidup SAD. Dengan mengenali budaya bermukim SAD diharapkan upaya pemerintah dalam mensejahterakan mereka dengan tetap melestarikan serta mempertahankan unsur-unsur budaya bermukim SAD.
T The Suku Anak Dalam (SAD) is an isolated indigenous community residing in the forest areas of Jambi Province. The majority of the SAD population is concentrated in the Air Hitam sub-district. SAD considers the forest their home and their lives depend on environmental elements. The forest areas have become increasingly exploited due to land conversion into palm oil plantations, making it difficult for SAD to sustain their livelihoods.The government has implemented an empowerment program to improve the welfare of SAD by establishing the Kampung Madani settlement. Despite undergoing this program, SAD returned to the forest, leaving Kampung Madani behind. The purpose of this study is to explore the settlement culture of SAD to understand the reasons behind their return to the forest. The research design utilizes interview and field observation methods.The analysis results show that the settlement culture of SAD is inherently nomadic, tied to the elements of the forest, water, and land. They have distinct practices such as melangun, hunting, and gathering, which are unique characteristics of SAD. Kampung Madani is unable to accommodate SAD’s lifestyle. By understanding SAD’s settlement culture, it is hoped that the government\\\'s efforts to improve their welfare can preserve and maintain the cultural elements of SAD’s settlement practices.