Perbedaan Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) dan Creatine Kinase Muslce (CK-MM) pada polimorfisme alpha-actinin 3( actn3) (rs 18151739) pada usia 18 – 30 tahun
L Latihan fisik, termasuk eksentrik, dapat meningkatkan risiko cedera otot. CK-MM dan BDNF, penanda darah, digunakan untuk mengidentifikasi dan memonitor perbaikan otot pasca-latihan. CK-MM, isoenzim otot, mencapai puncaknya pada hari ke-3 setelah latihan, sementara BDNF menandakan peningkatan perbaikan otot. Polimorfisme ACTN-3 (rs18151739) dapat meningkatkan kerentanan terhadap cedera selama latihan eksentrik, dengan tiga genotip (RR, RX, XX) mempengaruhi waktu pemulihan otot.METODEPenelitian ini merupakan penelitan observasional analitik dengan jenis potong silang pada 46 laki-laki usia 18-30 tahun, pada polimorfisme ACTN-3 dengan metode PCR dan BDNF serta CK-MM dengan metode ELISA. Menggunakan uji normalitas Shapiro wilk dan uji Kruskal wallisHASILDidapatkan hasil genotip RR 8,7%, RX 52,2%, XX 39,1%. Kadar CK-MM pada genotip RR mengalami penurunan antara sebelum latihan dan 72 jam setelah latihan eksentrik. Pada genotip XX, terjadi penurunan antara setelah pemberian dan 72 jam setelah latihan eksentrik. Pada genotip RX tidak mengalami perbedaan. Kadar BDNF tidak mengalami perbedaan pada pollimorfisme ACTN-3 pada usia 18-30 tahunKESIMPULAN DAN SARANTerdapat perbedaan kadar CK-MM pada polimorfisme ACTN3. Kadar CK-MM dijadikan penanda kerusakan otot pada laki-laki dengan genotip RX yang memulai latihan eksentrik, namun adanya polimorfisme ACTN3 tidak memberikan pengaruh pada kadar CK-MM. Kadar BDNF pada polimorfisme ACTN3 tidak ditemukan perbedaan, oleh karena itu BDNF tidak dapat dikatakan sebagai penanda perbaikan otot pada polimorfisme ACTN3. Disarankan dilakukan latihan endurance dan pemberian waktu yang lebih lama untuk pengambilan darah.
E Exercise, including eccentric training, can increase the risk of muscle injury. Blood markers such as CK-MM and BDNF are used to identify muscle injury and muscle repair after exercise. CK-MM, a skeletal muscle isoform, increases up to the third day after exercise. BDNF, a brain response to physical activity, serves as a marker for increased muscle repair. Polymorphism of ACTN-3 (rs18151739) increases susceptibility to injury during eccentric exercise, with three genotypes (RR, RX, XX) affecting muscle recovery time.METHODEThis study is an analytical observational study with a cross-sectional design involving 46 males aged 18-30 years. It focuses on ACTN-3 polymorphism using PCR method and BDNF as well as CK-MM using the ELISA method. Normality testing was conducted using the Shapiro-Wilk test, and the Kruskal-Wallis test was employed.RESULTSThe results showed genotypes of RR 8.7%, RX 52.2%, and XX 39.1%. CK-MM levels in the RR genotype decreased between before exercise and 72 hours after eccentric exercise. In the XX genotype, there was a decrease between post-administration and 72 hours after eccentric exercise. The RX genotype did not show any difference. BDNF levels did not differ based on the ACTN-3 polymorphism in the age group of 18-30 years.CONCLUSIONS AND SUGGESTIONSThere is a difference in the CK-MM levels in ACTN3 polymorphism. CK-MM levels can be used as an indicator of muscle damage in males with the RX genotype who initiate eccentric training. CK-MM can serve as a marker of muscle damage, but the presence of ACTN3 polymorphism does not affect CK-MM levels. There was no difference found in BDNF levels in ACTN3 polymorphism; therefore, BDNF cannot be considered as a marker for muscle repair in ACTN3 polymorphism. It is recommended to perform endurance exercises and allow a longer time for blood collection.