Optimasi konsentrasi surfaktan sodium lignosulfonat kayu cemara dalam proses peningkatan perolehan minyak
P Permintaan dan kebutuhan terhadap minyak bumi semakin bertambah, sementara jumlah produksi semakin berkurang. Salah satu cara untuk meningkatkan perolehan minyak adalah dengan metode Enhanced Oil Recovery (EOR). Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Injeksi Kimia menggunakan Surfaktan Sodium Lignosulfonat Kayu Cemara yang dinilai mampu untuk menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension) antara minyak dan air. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0,3%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling optimal, perlu dilakukan beberapa pengujian yaitu, uji aqueos stability, uji phase behaviour, uji IFT, dan uji coreflood. Uji aqueos stability terhadap kelima variasi konsentrasi surfaktan pada suhu 60oC menunjukkan hasil yang jernih. Kemudian, dari pengujian phase behaviour diketahui campuran sampel minyak lapangan X dan konsentrasi surfaktan 2% memiliki emulsi fasa tengah paling besar diantara kelima variasi konsentrasi yang membuktikan, penambahan konsentrasi dapat mempengaruhi kinerja surfaktan dalam membentuk emulsi. Parameter ini bisa menjadi acuan untuk melihat konsentrasi optimal. Selanjutnya, uji IFT dilakukan terhadap konsentrasi surfaktan 2% dengan menginjeksikan minyak lapangan X ke dalam larutan surfaktan, pada suhu 60oC selama 30 menit. Hasil IFT yang diperoleh yaitu 7,210484 dyne/cm, yang menunjukkan tegangan antarmuka antara minyak-air besar. Hal ini berarti surfaktan belum bekerja secara optimal. Kemudian pengujian coreflood yang dilakukan terhadap sampel core sandstone dengan suhu 60oC, menunjukkan adanya peningkatan perolehan minyak sebanyak 0,4%.
D Demand and need for petroleum is increasing, while the amount of production is decreasing. One way to increase oil recovery is the Enhanced Oil Recovery (EOR) method. In this study, the method used was chemical injection using fir wood sodium lignosulfonate surfactant which was considered capable of reducing the interfacial tension between oil and water. The concentration variations used were 0.3%, 0.5%, 1%, 1.5%, and 2%. To determine the most optimal concentration, several tests need to be carried out, namely, aqueous stability test, phase behavior test, IFT test, and coreflood test. The aqueos stability test for the five variations of surfactant concentration at 60oC showed clear results. Then, from the phase behavior test it was found that the mixture of field X crude oil sample and 2% surfactant concentration had the largest microemulsion among the five concentration variations which proved that the addition of concentration could affect the performance of surfactants in forming emulsions. This parameter can be a reference to see the optimal concentration. Furthermore, the IFT test was carried out on a surfactant concentration of 2% by injecting crude oil from field X into the surfactant solution, at 60oC for 30 minutes. The IFT result obtained is 7.210484 dyne/cm, which indicates a large oil-water interfacial tension. This means that the surfactant has not worked optimally. Then coreflood testing was carried out on core sandstone samples at 60oC, showing an increase in oil recovery of 0.4%.