Analisis pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik (studi putusan nomor 84/pid.sus/2024/pn tnn)
Penerbit : FH - Usakti
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2025
Pembimbing 1 : Ermania Widjajanti
Kata Kunci : Defamation, Criminal Sanctions, Public Interest
Status Posting : Published
Status : Lengkap
No. | Nama File | Hal. | Link |
---|---|---|---|
1. | 2025_SK_SHK_010002100280_Halaman-Judul.pdf | 8 | |
2. | 2025_SK_SHK_010002100280_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf | 1 | |
3. | 2025_SK_SHK_010002100280_Surat-Hasil-Similaritas.pdf | 1 | |
4. | 2025_SK_SHK_010002100280_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf | 1 | |
5. | 2025_SK_SHK_010002100280_Lembar-Pengesahan.pdf | 1 | |
6. | 2025_SK_SHK_010002100280_Pernyataan-Orisinalitas.pdf | 1 | |
7. | 2025_SK_SHK_010002100280_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf | 1 | |
8. | 2025_SK_SHK_010002100280_Bab-1.pdf | 9 | |
9. | 2025_SK_SHK_010002100280_Bab-2.pdf |
|
|
10. | 2025_SK_SHK_010002100280_Bab-3.pdf |
|
|
11. | 2025_SK_SHK_010002100280_Bab-4.pdf |
|
|
12. | 2025_SK_SHK_010002100280_Bab-5.pdf | 2 | |
13. | 2025_SK_SHK_010002100280_Daftar-Pustaka.pdf | ||
14. | 2025_SK_SHK_010002100280_Lampiran.pdf |
|
P Penerapan sanksi pidana harus memperhatikan keseimbangan antara perlindungan hukum individu dan kepentingan masyarakat. sanksi pidana sebagai ultimum remedium tidak dapat dijatuhkan tanpa mempertimbangkan tujuan pemidanaan dan ketentuan pengecualian dalam hukum pidana. kasus mario pangalila yang dijatuhi sanksi pidana karena memposting kritik dugaan korupsi kas desa melalui facebook menunjukkan kompleksitas penerapan ketentuan pencemaran nama baik dalam konteks kepentingan umum. pokok permasalahannya adalah kesesuaian sanksi pidana yang dijatuhkan dengan ketentuan pasal 45 ayat (3) jo pasal 27 ayat (3) uu no. 19 tahun 2016 dan kesesuaian putusan hakim dengan tujuan pemidanaan dalam sistem hukum pidana indonesia. penelitian menggunakan metode hukum normatif deskriptif, mengkaji bahan hukum primer seperti kuhp, uu no. 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik, putusan pengadilan negeri tondano nomor 84/pid.sus/2024/pn tnn, serta bahan hukum sekunder relevan. disimpulkan bahwa putusan hakim mengabaikan ketentuan pengecualian pasal 310 ayat (3) kuhp mengenai kepentingan umum dan gagal mencapai tujuan pemidanaan, sehingga sanksi pidana penjara 7 bulan dan denda rp10.000.000,00 yang dijatuhkan kepada mario pangalila tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum pidana dan berpotensi menghalangi hak kebebasan berpendapat.
T The application of criminal sanctions must consider a balance between the legal protection of individuals and the interests of society. as a measure of ultimum remedium, criminal sanctions cannot be imposed without taking into account the objectives of punishment and the exceptions stipulated in criminal law. the case of mario pangalila, who was sentenced to a criminal penalty for posting criticism alleging village fund corruption on facebook, highlights the complexity of applying defamation provisions in the context of public interest. the main issues are the conformity of the imposed criminal sanction with the provisions of article 45 paragraph (3) in conjunction with article 27 paragraph (3) of law no. 19 of 2016 and the alignment of the court\\\'s ruling with the objectives of punishment within indonesia’s criminal justice system. this research uses a descriptive normative legal method, examining primary legal materials such as the criminal code, law no. 19 of 2016 on electronic information and transactions, district court decision of tondano number 84/pid.sus/2024/pn tnn, as well as relevant secondary legal materials. it is concluded that the judge\\\'s decision disregards the exception stipulated in article 310 paragraph (3) of the criminal code regarding public interest and fails to achieve the purpose of punishment, rendering the imposed sentence of 7 months imprisonment and a fine of rp10,000,000.00 against mario pangalila inconsistent with criminal law principles and potentially infringing on the right to freedom of expression.