Analisis yuridis jabatan wakil menteri dalam sistem ketatanegaraan indonesia (studi kasus jabatan wakil menteri pada era presiden periode 2024-2029)
Penerbit : FH - Usakti
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2025
Pembimbing 1 : Ali Rido
Kata Kunci : Deputy Ministers, efficiency, effectiveness, state ministries, President
Status Posting : Published
Status : Lengkap
No. | Nama File | Hal. | Link |
---|---|---|---|
1. | 2025_SK_SHK_010002100111_Halaman-Judul.pdf | 7 | |
2. | 2025_SK_SHK_010002100111_Surat-Pernyataan-Revisi-Terakhir.pdf | 1 | |
3. | 2025_SK_SHK_010002100111_Surat-Hasil-Similaritas.pdf | 1 | |
4. | 2025_SK_SHK_010002100111_Halaman-Pernyataan-Persetujuan-Publikasi-Tugas-Akhir-untuk-Kepentingan-Akademis.pdf | 1 | |
5. | 2025_SK_SHK_010002100111_Lembar-Pengesahan.pdf | ||
6. | 2025_SK_SHK_010002100111_Pernyataan-Orisinalitas.pdf | 1 | |
7. | 2025_SK_SHK_010002100111_Formulir-Persetujuan-Publikasi-Karya-Ilmiah.pdf | 1 | |
8. | 2025_SK_SHK_010002100111_Bab-1.pdf | 21 | |
9. | 2025_SK_SHK_010002100111_Bab-2.pdf | 13 |
|
10. | 2025_SK_SHK_010002100111_Bab-3.pdf | 5 |
|
11. | 2025_SK_SHK_010002100111_Bab-4.pdf | 37 |
|
12. | 2025_SK_SHK_010002100111_Bab-5.pdf | 2 | |
13. | 2025_SK_SHK_010002100111_Daftar-Pustaka.pdf | 6 | |
14. | 2025_SK_SHK_010002100111_Lampiran.pdf | 1 |
|
J Jabatan wakil menteri merupakan fenomena administratif yang tidak diatur secara eksplisit dalam uud 1945, namun memperoleh legitimasi melalui undang-undang nomor 39 tahun 2008 tentang kementerian negara dan peraturan presiden nomor 60 tahun 2012. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan hukum mengenai jabatan wakil menteri serta menilai kesesuaian pengangkatannya dengan prinsip efisiensi dan efektivitas sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat (2) undang-undang nomor 39 tahun 2008 dengan fokus pada era pemerintahan presiden periode 2024–2029. metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan deskriptif-analitis. penelitian ini menemukan bahwa meskipun pengangkatan wakil menteri secara hukum diperbolehkan, praktik pengangkatannya di era presiden 2024–2029 yang mencapai 56 orang menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain tumpang tindih kewenangan, serta ketidakjelasan struktur birokrasi. hal ini berpotensi bertentangan dengan prinsip efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan. penelitian ini menyarankan perlunya evaluasi terhadap regulasi jabatan wakil menteri secara lebih ketat, termasuk penetapan batasan jumlah, fungsi, dan indikator kinerja yang jelas, guna memastikan bahwa jabatan ini benar-benar memberikan kontribusi positif bagi efektivitas pemerintahan dan tidak sekadar menjadi instrumen politik.
T The position of deputy minister is an administrative phenomenon that is not explicitly regulated in the 1945 constitution of indonesia (uud 1945), but gains legitimacy through law number 39 of 2008 concerning state ministries and presidential regulation number 60 of 2012. this research aims to analyze the legal framework governing the position of deputy minister and to assess whether their appointment aligns with the principles of efficiency and effectiveness as stipulated in article 13 paragraph (2) of law number 39 of 2008, with a focus on the presidential administration for the 2024–2029 period. the method used is normative legal research with a statutory and descriptive-analytical approach. this study finds that although the appointment of deputy ministers is legally permitted, its implementation during the 2024–2029 presidential period—reaching a total of 56 individuals—raises various issues, including overlapping authorities and unclear bureaucratic structures. this potentially contradicts the principles of efficiency and effectiveness in governance. the study recommends the need for stricter regulation of the deputy minister position, including limitations on the number of appointees, clearly defined functions, and measurable performance indicators, to ensure that this position genuinely contributes to governmental effectiveness rather than merely serving as a political tool.