S Stimulasi sumur merupakan salah satu metode penting dalam upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi, terutama ketika terjadi penurunan laju produksi akibat permasalahan pada formasi reservoir. stimulasi sendiri didefinisikan sebagai pekerjaan merangsang sumur yang dilakukan karena adanya gangguan seperti pengendapan scale, parafin, pasir, maupun jenis kerusakan lainnya yang menyebabkan berkurangnya aliran fluida dari reservoir ke sumur. tujuan utama dari stimulasi adalah untuk memudahkan fluida hidrokarbon mengalir menuju lubang sumur dengan memperbaiki karakteristik aliran di sekitar formasi, sehingga kapasitas produksi serta jumlah perolehan hidrokarbon dapat meningkat secara signifikan.salah satu teknik stimulasi yang paling umum digunakan adalah acidizing, yang bertujuan untuk mengatasi penurunan permeabilitas formasi akibat formation damage. proses ini dilakukan dengan memperbesar pori-pori batuan melalui pelarutan mineral penyumbat menggunakan larutan asam. dalam praktiknya, acidizing dilakukan dengan memompakan larutan asam ke dalam formasi melalui lubang sumur. larutan ini akan bereaksi dengan material penyumbat seperti batuan karbonat termasuk limestone, dolomite, atau calcite yang umumnya terdapat di antara butiran batuan sedimen.salah satu metode spesifik dalam acidizing adalah matrix acidizing, yang efektif diterapkan baik pada formasi karbonat maupun batupasir. pada formasi batupasir, matrix acidizing ditujukan untuk menghilangkan kerusakan formasi yang masih bisa larut oleh asam, khususnya di sekitar zona perforasi dan jaringan pori-pori formasi dekat sumur. sedangkan pada formasi karbonat, metode ini bekerja dengan membentuk saluran konduktif (dikenal sebagai wormhole) yang dapat menembus formasi hingga area produktif, sehingga meningkatkan komunikasi antara reservoir dan lubang sumur.pada tugas akhir ini, studi dilakukan terhadap sumur dt yang berada di lapangan xy. sumur ini mulai diproduksi sejak juni 2022 dari lapisan z-360, dengan laju awal sebesar 30 bfpd dan 30 bopd, tanpa kandungan air (water cut 0%) dan gas sebesar 0,0032 mmscfd. namun, setelah dilakukan perawatan sumur menggunakan metode pes hpu, terjadi penurunan produksi menjadi 18 bfpd dengan water cut sebesar 55% dan produksi minyak turun drastis menjadi 8 bopd. hal ini mengindikasikan adanya kerusakan pada zona sekitar lubang sumur, yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan killing fluid saat perawatan, sehingga diperlukan tindakan stimulasi lebih lanjut untuk mengembalikan produktivitasnya.sebelum stimulasi matrix acidizing dilakukan, terlebih dahulu dilakukan analisis keberhasilan stimulasi matrix acidizing pada dua sumur acuan, yaitu sumur x1 dan x2, sebagai dasar prediksi untuk sumur dt. dalam melakukan evaluasi terdapat beberapa parameter yang perlu dilihat yaitu permeabilitas, skin, nilai productivity index, dan kurva ipr.sumur x1 menunjukkan peningkatan permeabilitas dari 2,4 md menjadi 7,4 md, serta peningkatan productivity index (pi) hingga 9 kali lipat menjadi 0,235. sedangkan pada sumur x2, permeabilitas meningkat dari 12,8 md menjadi 30 md, dan pi meningkat menjadi 0,4. berdasarkan hasil evaluasi dua sumur acuan tersebut, diperkirakan bahwa apabila stimulasi matrix acidizing diterapkan pada sumur dt, nilai permeabilitasnya dapat meningkat 2,5 hingga 3 kali lipat dari kondisi saat formation damage, yaitu dari 16 md hingga 19,2 md. dengan peningkatan ini, pi sumur dt juga diprediksi naik 4 hingga 5 kali lipat dari kondisi saat damage menjadi 0,591 hingga 0,71. simulasi performa produksi menunjukkan bahwa laju alir produksi dapat meningkat signifikan menjadi 144 – 172 bfpd, atau sekitar 4 hingga 5 kali lipat dari kondisi sebelum stimulasi. hal ini menegaskan bahwa matrix acidizing berpotensi besar untuk memulihkan dan meningkatkan produktivitas sumur dt secara signifikan sehingga produksi semakin baik.kata kunci: matrix acidizing; permeabilitas; productivity index; skin; stimulasi